Rabu, 04 Mei 2011

cerpen sahabat

 
Karya  : Hany Putri Rahayu
Cerpen
Sahabat atau Harta

            Suatu hari disebuah desa, ada dua orang gadis yang bersahabat dan mereka saling setia. Mereka bernama Rahma dan Dewi. Pada saat mereka sedang berjalan, mereka bertemu dengan seorang produser salah satu iklan kecantikan. Produser itu menghampiri mereka.
“Permisi . . . . ijinkan saya memperkenalkan diri saya, nama saya Boby, saya ke sini bertujuan mencari bintang iklan. Apakah salah satu dari kalian berminat?”. Tawar produser. ”Nama saya Dewi dan teman saya Rahma, Rahma sangat berbakat menjadi bintang” sahut Dewi.
            Rahma seketika langsung menolak tawaran tersebut, karena rahma tidak ingin berpisah dengan Dewi sahabatnya. Namun setelah Dewi berbicara dengan kedua orang tua Rahma dan mereka setuju. Akhirnya Rahma menurut dan dia berjanji tidak akan lupa dengan mereka semua.
            Seminggu kemudian, produser itu kembali untuk menjemput Rahma untuk pergi ke Jakarta. Sebenarnya Dewi tidak bisa melepas Rahma untuk pergi ke Jakarta, karena dia pasti tahu bahwa keduanya akan saling merindukan. Tapi Dewi tidak boleh egois seperti itu. Lagi pula Rahma sudah berjanji tidak akan melupakannya.
            Setelah tiba di Jakarta, Rahma langsung mendapat pekerjaan tersebut. Rahma tidak bisa menghilangan pikirannya yang terus memikirkan sahabatnya, Dewi.selama berada di Jakarta, Rahma sangat merindukan Dewi dan orang tuanya. Tapi, Rahma harus melupakan mereka sementara waktu demi lancarnya pekerjaan yang  dilakukan. “Sudah lama aku menunggu balasan surat dari Rahma, tapi kenapa dia tidak balas suratku? Ah . . . mungkin dia sibuk disana” pikir Dwi.

            Di Jakarta. . . . mungkin semua orang beranggapan bahwa Jakarta adalah kota yang mudah mencari pekerjaan, begitu pula dengan Rahma. Kini Rahma mengubah namanya menjadi Angel. Sifat dan sikapnya juga berubah dan Rahma telah lupa pada Dewi dan orang tuanya. Itulah sebab Rahma tidak membalas surat dari Dewi, sahabat dekatnya.
            Suatu ketika Orang tua Angel sakit, sehingga memaksa Dewi menemui Rahma di Jakarta untuk pulang menjenguk Orang tuanya di desa. Sampai akhirnya Dewi tiba dimana Rahma bekerja. Ternyata, jauh-jauh Dewi datang dari desa hanya untuk menemui Rahma sang sahabatnya itu, namun Dewi hanya pulang dengan tangan hampa.
            Semakin hari, semakin parah pula sakit sang Ayah dan Ibu Rahma. Karena tidak ada biaya, mereka hanya berbaring di tempat tidur. Beruntung masih ada Dewi yang membantu mereka, kalau tidak . . . . . mereka sakit karena mereka sangat merindukan anak semata wayangnya Rahma yang tidak kunjung pulang.
            Dewi lama-lama tidak tega dengan keadaan Orang tua Rahma. Dewi sangat menyesal telah nengizinkan bahkan telah membujuk Rahma untuk pergi ke Jakarta dan dia tidak seharusnya percaya begitu saja akan janji Rahma.
            “Seharusnya aku tidak membujuk dan percaya pada Rahma kalau aku tidak mengizinkan dan tidak membujuknya, pasti semua tidak akan terjadi, ini semua salahku. Apa yang harus aku lakukan ???” gumam Dewi.
“dewi, sudahlah . . . . ini bukan salah kamu. Sudahi penyesalan ini, penyesal ini tidak akan membuat Rahma kembali ke pelukan kita.” Kata Ibu Rahma.
            Memang benar apa yang telah di katakana Ibu Rahma tadi. Dewi sudah membulatkan tekatnya untuk pergi ke jakarta dan dia tidak akan kembali sebelum dia bertemu atau mendapat informasi tentang keberadaan Rahma. Semua itu Dewi lakukan untuk menebus rasa bersalahnya.
            Sudah berhari-hari lamanya Dewi mencoba mencari Rahma dengan berbagai cara dan usaha. Namun informasi tentang rahma tidak kunjung di dapatkan. Walaupun begitu Dewi harus tetap mencari Rahma, atau kalau tidak Orang tua Rahma akan bertambah parah sakitnya. Tiba-tiba Dewi bertemu dengan Boby, produser iklan yang ditemui beberapa bulan yang lalu.


“Hey, kamu Dewi temannya rahma itu kan ??” Tanya Boby sang produser.
“Ya. Ehm . . . . bagaimana dengan Rahma, apakah dia sukses, dan . . . . “ sambung Dewi. Produser itu memotong pertanyaan dari Dewi, dan berkata, “Dewi, dia memang sudah sukses dan dia baik-baik saja. Tapi, sikap dan sifatnya sangat berbeda dengan yang dulu saya kenal, dia sekarang sudah lupa bahwa dia dulu hanya gadis desa yang lugu. Sekarang saya menyesal telah mengajak dia berkerjasama.”
            Setelah dengar bahwa Rahma dalam keadaan baik-baik saja dan sukses, Dewi sangat bersyukur. Tapi, Boby sang produser film tadi menjelaskan Rahma sekarang bukan rahma yang dulu di kenal.
            Keesokan harinya, Dewi memutuskan untuk kembali ke desa untuk member informasi yang di dapatkan dari produser Boby kemarin. Tapi, Dewi takut jika dia memberi informasi itu kepada Orang tua Rahma, pasti mereka sangat sedih dan . . . . tapi, bagaimanapun juga. Dewi harus mengabarkan kepada orangtua Rahma apapun yang akan terjadi.
            Namun, keraguan itu tetap ada di hati Dewi, maka dari itu dia tidak langsung menceritakan berita itu kepada Orang tua Rahma. Setelah panjang lebar menceritakan tentang Rahma kepada Orang tua Dewi, dia lalu bertanya, “Bu bagaimana kalau Dewi tidak menceritakan berita ini sampai sakit Orang tua Rahma sudah sembuh ?”
“ Dewi, apapun yang terjadi, kamu harus tetep memberi kabar, walau itu bukan kabar yang menggembirakan”. Jawab Ibunya.
             Sebenarnya, Dewi tidak tega bila dia menceritakan semua tentang Rahma anak mereka yang berubah menjadi anak yang sukses, tapi kesombonganya membuat orang kecewa. Tapi benar yang dikatakan ibunya tadi. Apapun beritanya, mereka juga sangat membutuhkan kabar berita tentang anak mereka.
            Setelah tiba di rumah Rahma, Dewi ragu akan mengatakan yang sebenarnya tentang Rahma. Tapi dia ingat akan kalimat ibunya tadi pagi. Dia lalu masuk dan menceritakan apa yang telah terjadi pada Rahma yang sekarang. Orang tua Rahma sangat kaget dan sedih mendengar anak kebanggaannya menjadi sukses namun sombong.
            Mendengar semua cerita tentang Rahma ayah dan ibu Rahma minta tolong untuk menemui rahma dan membujuknya untuk pulng kerumah. Sebenarnya Dewi ingin membantu. Dewi tidak mau membawa berita buruk lagi seperti sekarang ini. Namun, Dewi harus membantu mereka.
            Hari itu juga, Dewi meminta izin untuk mencari Rahma. Beruntung orang tua Dewi mengizinkannya. Di Jakarta Dewi tinggal di sebuah kontrakan kecil. Berbulan-bulan dia telah tinggal di Jakarta namun ia belum juga mendapatkan kabar tentang Rahma. Entah harus kemana lagi Dewi harus mencari Rahma.
            Sementara itu di sebuah lokasi syuting Rahma, Rahma merasakan bahwa dia tidak akan bahagia tanpa Orang tua dan sahabat. Dia sangat merasa bersalah telah melupakan mereka. Pada saat itu juga ia bertemu Dewi dan memanggilnya. Rahma menjelaskan bahwa harta bukanlah segalanya.
            “Rahma, Orang tuamu sangat merindukanmu. Kembalilah ke pelukan mereka. Ayah dan Ibumu sakit-sakitan. Akupun juga sangat merindukanmu, jadilah Rahma yang dulu ku kenal”. Jelas Dewi. Rahma hanya mengangguk sambil menangis.
            Akhirnya, Rahma telah memutuskan bahwa dia akan meninggalkan dunia entertain demi sahabatnya itu. Dewi sangat bahagia kalau merka bisa seperti dulu lagi. Kehidupan mewhnya beberapa tahun yang lalu hilang begitu saja. Mereka berdua berharap tidak akan terjadi hal seperti ini lagi, karena sahabat lebih penting dari harta.

selesai



SAHABAT SEJATI
Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.
“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma?
Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur
“Momon, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”
Iwan menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon.
Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.
Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.
Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua.

 selesai

1 komentar:


  1. ROYALQQ Jalan menuju KEMENANGAN!
    Become a Master with ROYALQQ.

    200% FAIR PLAY | 200% PLAYER vsPLAYER.
    -MINIMAL DEPOSIT RP. 15.000
    -BONUS TURN OVER 0.5% [SETIAP HARI!]
    -BONUS REFFERAL 20% [SEUMUR HIDUP!]

    Bagi anda yang masih belum pernah merasakan kemenangan / Withdraw
    Bergabunglah bersama kami, hanya di ROYALQQ.
    Bermainlah dan BUKTIKAN sendiri kelebihan dari ROYALQQ.
    Kami tidak memberikan JANJI tapi BUKTI.
    Menangkan JACKPOT ROYALQQ Sekarang juga....

    REGISTER FREE :
    Contact Us :
    Call : +855 8771 3624
    BBM : 2B68D666

    JOIN US NOW!

    BalasHapus